Surga dan neraka itu anda yg menciptakannya.
By didot.
www.universitas-kehidupan.blogspot.com
Alkisah, di Jepang ada seorang samurai yang suka bertarung.
Samurai ini menantang seorang guru Zen untuk menjelaskan konsep surga dan neraka. Tetapi pendeta itu menjawab dengan nada menghina, ‘Kau hanyalah orang bodoh-aku tidak mau menyia nyiakan waktu untuk orang macam kamu !’
Merasa harga dirinya direndahkan, samurai itu naik darah. Sambil menghunus pedang ia berteriak, ‘Aku dapat membunuhmu karena kekurang ajaranmu.’
‘Nah,’ jawab pendeta itu dengan tenang, ‘Itulah neraka.’
Takjub melihat kebenaran yang ditunjukkan oleh sang guru akan amarah yang menguasai dirinya, samurai itu menjadi tenang, menyarungkan pedangnya dan membungkuk sambil mengucapkan terima kasih kepada pendeta itu atas penjelasannya.
‘Dan, ‘kata sang pendeta, ‘Itulah surga.’
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman (awal bab 4 / hal 62).
Kisah ini terkesan sederhana,tapi sesungguhnya mengandung suatu makna yg mendalam. Kita belum pernah ada yg mati kan? Jadi lebih baik kita bicara surga dan neraka di dunia saja ,ketimbang surga dan neraka yg di akherat.
Apakah benar surga dan neraka di dunia itu benar2 ada?? Jika hati anda kesal karena seseorang melakukan sesuatu yg menjengkelkan anda, sebenarnya anda sedang menciptakan kondisi neraka di hati anda. Bagaimana bisa begitu?? Ketahuilah sahabatku, Sesungguhnya suasana hati itu pilihan kita,bukan sesuatu yg menjadi takdir. Takdir kita mungkin disakiti pacar,ditipu oleh orang jutaan rupiah , ditabrak orang lain , dan lain sebagainya ,Tapi apakah hal tersebut lantas mutlak harus kita kondisikan sebagai hal yg negatif?? Sebenarnya cara berpikir negatiflah yg membuat hati kita menjadi merana bagaikan di neraka.
Pertanyaannya ,apakah jika kita mendapatkan takdir jelek kita harus sedih berlarut2?
Surga dan neraka anda,sebenarnya ya anda juga yg menciptakan. Mau susah atau senang? Anda sendiri yg membuatnya ,bukan takdirnya. Suasana hati adalah masalah pilihan ,seperti Stephen Covey bilang dalam bukunya the 7th Habit of highly effective people ,sebuah aksi belum tentu harus diikuti dengan reaksi apabila kita sempat memberi ruang ditengahnya untuk berpikir. Kita mampu untuk berpikir dan merubah reaksi kita terhadap apa rangsangan dari luar. Kita bahkan mampu untuk tidak bereaksi jika memilih demikian selama kita mempunyai kesadaran dan ruang untuk berpikir diantara rangsangan dan aksi.
Berpikirlah sebelum bertindak ,itu kuncinya, bahkan sebelum anda merasakan apapun,pikirkanlah baik2 apa sikap anda,jangan terlalu reaktif. Seperti yg dikatakan Gede Prama : jangan terlalu melekat. Melekat pada apa? Saya menginterpretasikannya sebagai melekat pada rangsangan fisik. Kalau Daniel Goleman bilang dalam bukunya Emotional Intelegence manusia punya metakognitif (kesadaran yg berpikir) ,yaitu sebuah kesadaran untuk mengamati apapun perasaan anda,jadi bagaikan melihat orang lain saat melihat diri sendiri di beri rangsangan,alias tidak langsung bereaksi. Bahkan saya baca baru2 ini ,bahwa tidak hanya manusia yg mempunya kemampuan metakognitif ini,ada beberapa binatang yg diketahui mempunyai kemampuan ini ,antara lain tikus. Tikus aja punya ,masak anda kalah?? :D
Rangsangan dari luar ini apa? Bisa diejek , disakiti ,dicintai ,dan berbagai macam hal yg mempengaruhi emosi tentunya.
Anda pernah dibenci orang?? Kemudian anda ikut membenci dia karena telah membenci anda??
Apakah dibenci berarti harus juga membalas dengan membenci?? Bukankah untuk menjadi orang yg lebih baik kita harus bisa bersikap berbeda dari orang yg kita tidak sukai itu?? Jika tidak kita hanya akan menjadi orang dengan “kelas” yg sama dengan orang tersebut bukan??
Gandhi juga pernah bilang “an eye for an eye just make the whole world blind” ,alias balas dendam tidak akan menyelesaikan apapun dan malah akan merugikan semua pihak pada akhirnya.
Bagaimana bisa damai dan bahagia jika masih ada kebencian di hati?? Anda harus membuang kebencian anda, sesungguhnya membenci orang bagaikan meminum racun , dan berharap orang yg anda benci itu mati. Mungkinkah itu??
Anda butuh cinta untuk damai dan bahagia, cintailah orang lain walaupun orang itu membenci anda. Ini masalah pilihan ,bukan berarti kita harus membalas orang lain yg membenci kita dengan sikap yg tidak baik,walaupun hal itu boleh dan wajar ,tetapi ada sikap yg lebih mulia,yaitu membalas dengan kebaikan. Mau jadi biasa atau luar biasa?? Tergantung pilihan anda tentunya.
Hati yg penuh damai dan cinta itu bagaikan hidup di surga, karena di surga adalah kumpulan semua hal2 yg baik. Dan sebaliknya hati yg penuh kebencian dan dendam pasti bagaikan hidup di neraka, yg dipikirkan hanyalah amarah dan cara membalas dendamnya saja.
Lebih baik kita belajar bagaimana ikhlas dan melapangkan hati ,bahkan saat kita disakiti. Besar kecilnya masalah sesungguhnya adalah seberapa luas hati kita menanggapinya bukan kepada masalahnya.
Sungguh hati yg penuh cinta itu lebih luas daripada samudra terluas. Karena hati yg penuh cinta mampu menampung Allah ,sementara laut dan gunung pun tak mampu melakukannya.
Selamat datang dan belajar sesuatu dari kehidupan saya ini
Terimakasih karena telah sudi mampir di blog saya yg sederhana ini,silahkan komen ataupun sekedar say hai,itupun sudah terlalu mewah buat seorang saya.
teriring doa untuk kesejahteraan kita bersama
-didot-
teriring doa untuk kesejahteraan kita bersama
-didot-
Kamis, 20 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
isi kertas ujian ini :